Parpadanan Sitompul dan Tampubolon

PRTS Official Portal

Raja Mataniari, anak pertama Sipalatua (Tampubolon) dan cucu Tuan Sihubil, mempunyai 7 anak yaitu Ompu Sidomdom (Baringbing), Ompu Simangan Dalan (Baringbing), Ompu Ginjang ni Porhas (Baringbing), Sondi Raja (Silaen), Badia Raja, Alang Pardosi (Pohan Barus) dan Raja Unduk (Karo-karo) (lihat Bagan 4). Karena sesuatu hal, Sondi Raja (Silaen) tidak cocok dengan Badia Raja. Karena itu Badia Raja pergi merantau kearah hutan Sirambe dan terus ke Lobu Simataniari, tempat bermukim Raja Lintong Ditao (cucu Raja Sobu). Anak Raja Lintong Ditao adalah Ompu Hobolbatu (lihat Bagan 3). Ketika Badia Raja sampai di tempat itu, ibu Hobolbatu (isteri Lintong Ditao) sedang menangis (mangandung) karena anaknya Hobolbatu mati terbunuh oleh babi hutan berkalung rantai. Hobolbatu meninggalkan dua isteri yang kebetulan keduanya sedang hamil.

Ibu Hobolbatu bertemu dengan Badia Raja, dan menurut penglihatannya Badia Raja yang ada dihadapannya itu persis seperti anaknya yang meninggal itu. Kemudian si ibu itu menawarkan kepada Badia Raja, yang memperkenalkan diri dengan nama Raja Somundur, agar mau membunuh babi hutan berkalung rantai itu. Apabila bisa membunuh babi hutan tersebut, maka segala peninggalan Hobolbatu termasuk dua isterinya yang sedang hamil akan menjadi milik Badia Raja. Selain itu, Badia Raja akan dianggap sebagai anaknya pengganti Hobolbatu almarhum sekaligus menjadi warga Sitompul.

Badia Raja pun menerima tawaran tersebut. Mereka berikrar akan selalu mengingat dan melaksanakan apa yang sudah disepakati. Badia Raja pun berangkatlah memburu babi hutan berkalung rantai itu dengan membawa tombak siringis pemberian ibunya Boru Sitorus Pane. Mula-mula dia mengamati dimana ada kubangan yang biasa digunakan babi hutan mandi lumpur (margulu). Setelah ditemukan, dia naik ke pohon yang dekat ke kubangan itu menunggu dan mengamati babi berkalung rantai itu. Tidak berapa lama, babi berkalung rantai itu pun datang dan mandi lumpur (berkubang). Dilihatnya babi itu lebih dulu melepas rantai dengan mengaitkannya ke ranting kayu, barulah babi itu berkubang. Pada hari berikutnya Badia Raja datang lagi dan memanjat setelah mempersiapkan alat pengait. Seperti hari sebelumnya, babi berkalung rantai itupun datang dan melepas rantai itu ke ranting kayu lalu berkubang. Kesempatan itu segera dimanfaatkan Badia Raja mengait kalung rantai itu dan langsung dipakainya. Dia langsung turun dan dapat membunuh babi hutan yang tidak lagi berkalung itu.

Badia Raja memotong kepala babi hutan itu dan membawa pulang. Ditunjukkanlah ke ibu Hobolbatu dan kedua isteri Hobolbatu. Mereka bergembira atas kesanggupan Badia Raja membunuh babi itu. Ibu Hobolbatu pun menyerahkan semua harta peninggalan Hobolbatu menjadi milik Badia Raja, termasuk kedua isteri Hobolbatu almarhum menjadi isteri Badia Raja yang memperkenalkan diri dengan nama
Raja Somundur itu. Badia Raja berikrar akan menganggap dirinya sebagai pengganti Hobolbatu dan keturunannyapun akan menggunakan marga Sitompul.
Tak seberapa lama antaranya, kedua isterinya itupun melahirkan. Anak yang lahir dari isteri pertama diberi nama Raja Imbang Suhunu yang kemudian dikenal sebagai Sitompul Lumban Toruan. Anak dari isteri kedua diberi nama Raja Martanggabatu yang kemudian dikenal sebagai Sitompul Lumban Dolok. Selanjutnya buah perkawinan Badia Raja (Raja Somundur) dengan kedua isteri Hobolbatu itu, masing-masing lahir 1 anak laki-laki. Dari isteri pertama dinamakan Sabuk Nabegu yang kemudian dikenal sebagai Sitompul Siringkiron dan dari isteri kedua dinamakan Raja Tandang Lintong yang keturunannya menggunakan marga Sitompul Sibange-bange.

Badia Raja atau Raja Somundur memesankan kepada keempat anak-anaknya bahwa mereka adalah marga Sitompul. Mereka berempat jangan sampai ada membeda-bedakan yang mana berdarah Sitompul dan yang mana berdarah Tampubolon Silaen.
Sondi Raja, abang Badia Raja, sudah lama kawin tetapi belum juga mempunyai anak. Orang pintar menyarankan agar Sondi Raja berbaik-baik kepada adiknya Badia Raja, barulah dia akan dikaruniai anak. Karena itu Sondi Raja pergi mencari adiknya Badia Raja. Setelah bertemu, Sondi Raja minta maaf kepada adiknya, karena Sondi Raja sempat berniat membunuh adiknya. Badia Raja pun menerima permintaan maaf abangnya, lalu menceritakan semua yang sudah dia lakukan termasuk dirinya yang sudah menjadi keluarga Sitompul.
Apa yang sudah dilakukan Badia Raja dapat diterima Sondi Raja, bahkan disyukuri. Merekapun berbaik-baik dan bersukacita. Seekor babi disembelih dan daging babi bagian boltoknya diambil dan dimasak secara khusus. Mereka berdua makan bersama daging berupa boltok itu dengan cara menggigit bersama sebagai tanda tetap bersaudara dekat.

Dari cerita inilah hubungan marga Sitompul dan Tampubolon disebut hubungan marsaboltok. Sampai sekarang ini hubungan itu terpelihara dengan baik, hingga kedua marga terlarang saling mengawinkan anak. Nama anak-anak Sondi Raja pun yang keturunannya bermarga Silaen, disesuaikan dengan nama anak-anak Badia Raja Sitompul yaitu Tampubolon Silaen Lumban Toruan, Tampubolon Silaen Lumban Dolok, Tampubolon Silaen Siringkiron dan Tampubolon Silaen Sibange-bange.
Demikianlah cerita Badia Raja (generasi ke-9 dari Si Raja Batak) yang menjadikan marga Sitompul dan marga Tampubolon mempunyai hubungan marsaboltok. Ada juga yang berpendapat bahwa yang terjadi adalah kebalikan dari yang diceritakan di atas. Katanya anak Raja Lintong Ditao itulah yang berasimilasi ke marga Tampubolon. Perlu dijelaskan bahwa cerita yang disajikan di atas disarikan dari buku Pustaha Tumbaga Holing, tulisan Raja Patik Tampubolon. (Source: Prof. (Ret.) Dr Bostang Radjagukguk, MAgrSc)

Komentar

Berlangganan
Beritahukan jika
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Paling dipilih
Inline Feedbacks
Tampilkan semua komentar
GALERI
KOMENTAR TERBARU